Yuma Taru x Komunitas KAHE

Komunitas KAHE berawal dari sebuah grup facebook bernama Sastra Nian Tana yang secara khusus digagas sebagai tempat berbagi karya dan pengetahuan tentang sastra. Dalam perjalanan waktu, beberapa anggota grup merasa tidak cukup bersua dan berbagi melalui dunia maya. Karena itu, pada 24 Oktober 2015, Eka Putra Nggalu, Valentino Luis dan Rizal Huku Lejap, yang saat itu memiliki waktu luang, menyempatkan diri bertemu. Pada pertemuan itulah KAHE sebagai komunitas sastra digagas. Nama KAHE sendiri terinspirasi dari tempat pertemuan pertama tiga orang ini, yaitu persis di bawah patung Moan Teka (pahlawan daerah) yang gagah di atas kuda. KAHE dalam tradisi Krowe berarti ringkikan/pekikan puitis berisi kebanggaan akan jati diri. Sejak saat itu, grup Sastra Nian Tana berubah nama dan bentuknya menjadi Komunitas KAHE Sastra Nian Tana.
Komunitas KAHE Sastra Nian Tana lantas berkembang menjadi sangat produktif dalam aktvitas-aktivitasnya. Komunitas KAHE Sastra Nian Tana menggelar diskusi-diskusi dan siaran radio di Sonia FM, Maumere. Para pegiatnya aktif menulis di berbagai media lokal maupun nasional. Komunitas KAHE Sastra Nian Tana juga terlibat dalam kerja-kerja lintas komunitas di Maumere maupun NTT pada umumnya. Geliat kecil ini kemudian menarik semakin banyak anak muda untuk berkumpul dan berbagi bersama di dalam komuntas. Beberapa pegiat seni dari disipilin-disiplin yang berbeda seperti musik, fotografi, videografi, dan seni rupa mulai bergabung. Karena keanggotaannya yang semakin beragam, maka sejak akhir tahun 2016, identitas Sastra Nian Tana yang cenderung mengeksklusikan aktivitas komunitas sebatas pada sastra dihilangkan. Nama Komunitas KAHE sepakat digunakan sejak saat itu.
Saat ini, Komunitas KAHE sedapat mungkin dibangun sebagai sebuah ruang kreasi, apresiasi, publikasi, dan dokumentasi pengetahuan melalui medium kesenian. Sebagai organisasi non-profit, Komunitas KAHE bergiat dalam kerja kesenian dalam bidang sastra, tater, musik, dan seni rupa. KAHE menyelenggarakan berbagai kegiatan seperti diskusi kebudayaan, siaran radio, berbagai pendampingan dan workshop kesenian, publikasi jurnal, pengelolaan perpustakaan publik dan festival seperti Maumerelogia.
Para penggiat Komunitas KAHE menempatkan kesenian sebagai teropong sekaligus media ekspresi argumentasi politis untuk merespon berbagaI kegelisahan dan fenomena-fenomena dalam masyarakat di Maumere dan sedapat mungkin memproyeksikannya kepada konstelasi yang lebih luas, yaitu masyarakat Indonesia dan dunia.

Linking

Thousand Years of Migration

Thousands of miles away

Thousands of languages

Sprinkled on the thousands upon thousands of islands

From that moment

Separated by

Ocean, mountain

Embark on different journeys

by Salizan Takisvilainan (Taiwan’s Bunun poet)

Rumpun bahasa Austronesia adalah rumpun yang utamanya tersebar di kepulauan. Rumpun bahasa ini telah bermigrasi selama ribuan tahun. Disebabkan oleh hancurnya memori kolektif, begitu banyak riset dibutuhkan untuk menggambarkan pergerakannya. Kesunyian endapan di galian arkeologis dan jejak artefak yang berhasil digali seperti berbicara tanpa suara. Oleh sebab itu, untuk mencari hubungan material dan emosional dengannya kita perlu menarik garis niskala dan tegas.

Karya ini berupaya untuk menghubungkan Taiwan dengan Flores melalui penjalinan kerang dari lubang galian arkeologi dan manik-manik kerang di museum.

Sedikit sekali arsip dan catatan yang mendokumentasikan gambaran dan pengetahuan perjalanan bahasa Austronesia di Indonesia Timur. Cara paling sederhana untuk menelusurinya adalah dengan kembali kepada artefak dan relik yang masih terkubur di lokasi penggalian. Sisa-sisa objek prasejarah terkubur dalam di bawah tanah, bekas-bekar dari zaman Neolitik, tersebar di berbagai tempat di pulau Flores. Riset awal ini dimulai di Pain Haka, lokasi penguburan di Tanjung Bunga, Flores Timur. Karena keterbatasan, riset ini dimaksudkan sebagai langkah awal untuk memetakan jejak penyebaran Austronesia di daerah Flores.

Dibentuk dalam bingkai angan-angan—atau mereka ulang— tentang sejarah kedatangan, pertemuan, pertukaran manusia yang ada di bumi, terutama antara Taiwan dan Flores, ide ini juga menekankan bahwa selalu ada sesuatu yang menggerakkan orang lain sebagai sebuah peristiwa dalam kehidupan; peristiwa yang menjadi tonggak sementara mempersatukan satu masyarakat dengan yang lain. Semoga tali kasih ini bisa membuat hubungan masa lalu yang tidak jelas ini menjadi jalinan yang kuat.